.:: from beloved ::. To my children, "never ending learning" ...

Sabtu, 08 Januari 2011

"Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya di pagi hari, dan mereka tidak mengucapkan : insya Allah"

Lalu kebun itu diliputi malapetaka dari Rabbmu ketika mereka sedang tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita, lalu mereka panggil memanggil di pagi hari
"Pergilah pagi ini ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya."

Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan, "Pada hari ini janganlah ada seorang MISKIN pun masuk ke dalam kebunmu." Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi orang-orang miskin padahal mereka mampu menolongnya

Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat, bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)"

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih kepada Rabbmu?"

Mereka mengucapkan : "Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim."

Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita"

Seperti itulah azab dunia. Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui"

Sekelompok ayat di atas menceritakan sebuah kisah nyata yang terjadi sebelum masa Rasulullah. Kisah pemilik kebun di atas melukiskan dengan sangat baik, betapa harta manusia itu tak ada artinya dibanding kekuasaan Allah. Kebun yang sudah sekian lama diurus dan tinggal sekejap mata saja untuk dipetik hasilnya menjadi musnah terbakar. Apa kesalahan pemilik kebun tersebut sehingga mendapat azab sedemikian rupa?

Pertama .... 
mereka lupa bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Ini dilukiskan dalam ayat di atas ketika mereka tidak menyebut insya Allah; mereka merasa pasti akan meraih hasil yang luar biasa. Mereka lupa bahwa sedetik ke depan kita tak tahu apa yang terjadi dengan hidup kita. Kita tak tahu "skenario" Allah terhadap diri kita.

Kedua ....
mereka bersifat kikir. Mereka sudah bersiap-siap agar orang miskin tak bisa masuk ke kebun mereka saat panen tiba. Allah murka pada mereka. Allah turunkan azab-Nya pada mereka. Di akhir ayat Allah mengingatkan bahwa azab yang Allah timpakan pada pemilik kebun hanyalah azab dunia; sedangkan azab akhirat jauh lebih besar lagi!

Cermin hati kita mengatakan bahwa agar tidak tertimpa azab Allah di dunia, manakala kita memiliki kelebihan rezeki maka janganlah sungkan untuk memberi sebagian pada orang miskin. Cermin hati telah berkata, mampukah kita melaksanakan kata-hati kita?

Kalau Allah mampu memusnahkan dengan amat mudah kebun yang siap dipanen, jangan-jangan Allah pun akan memusnahkan sumber penghasilan kita, bila kita berlaku kikir! Na'udzu billah...

Sekedar saling ingat mengingatkan bahwa di cermin hati kita telah tergambar sejumlah orang yang membutuhkan kepedulian kita. Persoalannya, maukah kita melihat ke dalam cermin tersebut?


Kasus Kecil :

bagaimana sikap yg bijak saat ada pengemis atau pengamen ??? kesel !!!
ok, qt luruskan niat ....
ADA ORG MINTA SEDEKAH, INI KESEMPATAN QT TUK BERAMAL
itu saja, toh yg kita berikan hanya 500 - 1000 perak,
yg jelas tak kan mengurangi kekayaan kita
jadi g perlu ngedumel cemberut dll, dah sedekahnya dikit, g ikhlas, "ya g nyampe lah" ^_*
masalah dia bo'ong, biarin aja, yg penting bkn qt yg bo'ong ...
so ... lapangkan dada saat mereka datang ...
( walau sulit, kalo ngliat die seger buger :p )
piss ....


kasus lain lg :

di sebuah masjid yg sdg dibangun di kaki gunung, sekumpulan bapak2 bekerja membantu pembangunan tsb. tepat jam makan siang, ada 1 bapak, yg segera mengambil piring terbesar, kemudian ia memasukkan sebanyak mungkin nasi & lauknya, seketika ia berlari ke rumahnya. duhai ....
itulah gambaran, betapa sulit kehidupannya, hingga ia hrs rela berlaku spt itu, ia relakan dirinya tuk kehidupan anak & istrinya, yg menunggu sepiring nasi itu ...

byk kisah dlm kehidupan ini, byk pula para suami yg berkeluh, ttg kerasnya hidup, ia gadaikan hidupnya tuk anak & istrinya. duhai ....
bukan ia tak berdoa, bukan ia tak berusaha, bkn ia tak mampu bekerja, hanya saja keberuntungan belum mendekatinya
jauh di lubuk hatinya, ia ingin membawa anak & istrinya ke surga terindah, namun apa daya kehidupan ini begitu kerasnya, ditambah dgn rengekan sang istri yg sdh tak sabar ....
itulah kehidupan, byk sungguh mereka yg tak punya sebutir beras, yg sungguh tangis mereka tak terdengar di telinga kita ... saudara mereka
ketika mereka datang, berkunjung tuk meminta, betapa sang tuan rumah 'melengos' tau maksud kedatangannya ... duhai
batinnya, akupun tak mau selalu spt ini, andai ku bisa ...
setiap pintu ia datangi ... tuk sekedar menebar simpati

hanya teguran,
setiap rumah tangga sebaiknya ada catatan keuangan, ada catatan pemasukan, hendaknya setiap bulannya kita sedekahkan 2,5% nya tuk mereka ...
dan saat kita memanggul beras tuk mereka,
betapa pemandangan yg sgt menyejukkan mata, ketika disambut dgn tawa mereka
ketika ada doa terbatin dr mereka, untuk kita .... saudara seiman ....
tak perlu mereka meminta, cukuplah kita yg mengerti mereka ....

2 comments:

Asep mengatakan...

Jazakallah sudah mengingatkan

cymblot's notes mengatakan...

sama2 ... makasih jg dah mampir :)

Date & Time

.

Followers

About me ...

Foto saya
hanya ingin akhir yang baik ....

Sing a song