.:: from beloved ::. To my children, "never ending learning" ...

Kamis, 09 Juni 2011



Didirikan                  :     600-an
Arti Nama                :     -     Sri                bercahaya
                                        -     Wijaya         kemenangan
Ibu kota                   :     Palembang, Jambi (Tepi Sungai Musi, sekarang)
Bahasa                     :     Melayu Kuno, Sansekerta
Agama                     :     Buddha, Hindu
Pemerintahan        :     Monarki
Mata Uang              :     Koin emas dan perak
Invasi Majapahit    :     1300-an ( Masa Keruntuhan)

§     Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini adalah berita dari seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.
§  Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Coedès dari École française d'Extrême-Orient.
§      Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia).
§       Kerajaan Sriwijaya adalah pusat perdagangan dan merupakan negara maritim.
§       Sekitar tahun 500-an, akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang, Sumatra.
§       Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yang berharga untuk pedagang Tiongkok.
§     Ibukota diperintah secara langsung oleh penguasa, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh datu lokal.

SEBUTAN KERAJAAN SRIWIJAYA
§  Orang Tionghoa menyebutnya Sanfotsi atau San Fo Qi.
§  Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh.
§  Bangsa Arab menyebutnya Zabag.
§  Khmer menyebutnya Melayu.
Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan.


Berbahasa Sanskerta atau Tamil
- Prasasti Ligor di Thailand
- Prasasti Kanton di Kanton
- Prasasti Siwagraha
- Prasasti Nalanda di India
- Piagam Leiden di India
- Prasasti Tanjor
- Piagam Grahi
- Prasasti Padang Roco
- Prasasti Srilangka


Sumber berita Tiongkok
- Kronik dari Dinasti Tang
- Kronik Dinasti Sung
- Kronik Dinasti Ming
- Kronik Perjalanan I Tsing
- Kronik Chu-fan-chi oleh Chau Ju-kua
- Kronik Tao Chih Lio oleh Wang Ta Yan
- Kronik Ling-wai Tai-ta oleh Chou Ku Fei
- Kronik Ying-yai Sheng-lan oleh Ma Huan


Prasasti berbahasa Melayu Kuno
·          Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki.

·          Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan.

·          Prasasti TALANGTUO
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.


·          Prasasti Karang Berahi
Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.

·          Prasasti LIGOR
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.

·          Prasasti NALANDA
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

·          Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan., maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya.

·          Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto abad ke-7 Masehi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya itu sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.


Kehidupan Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya

a.    EKONOMI
Menurut catatan asing, Bumi Sriwijaya menghasilkan bumi beberapa diantaranya, yaitu cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katun, sutera dan porselen melalui relasi dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

b.    POLITIK

 
Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi

§   Tahun 680       Kerajaan Melayu di bawah kepemimpinan Jayanasa. Penguasaan atas Melayu    yang kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan.
§  Tahun 686          Menguasai bagian selatan Sumatera hingga Lampung, mengontrol perdagangan  di Selat Malaka, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan.
§    Abad ke-7        Pan  Pan  dan  Trambralinga,  yang   terletak  di  sebelah utara Langkasuka, juga berada  di bawah pengaruh Sriwijaya.
§   Ekspansi kerajaan ke Jawa dan semenanjung Melayu, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat  perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Palembang.
§     Abad ke-8        Kerajaan  di  Jawa,  antara  lain  Tarumanegara   dan  Holing  berada   di   bawah pengaruh Sriwijaya.  Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Budha Sailendra di Jawa Tengah berada di bawah dominasi Sriwijaya.
§    Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di abad yang sama.
§    Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa yang selesai pada tahun 825.
§     Di abad ke-12, wilayah imperium Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka, semenanjung Melayu, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Philipina.[18] Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang hebat hingga abad ke-13.

Untuk memperluas pengaruh kerajaan, cara yang dilakukan adalah melakukan perkawinan dengan kerajaan lain.  Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya Dapunta Hyang pada tahun 664 M, dengan menikahkan Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara.
Saat kerajaan Funan di Indo-China runtuh, Sriwijaya memperluas daerah kekuasaannya hingga bagian barat Nusantara. Di wilayah utara, melalui kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India dan Cina, serta menduduki semenanjung malaya. Kekuatan armada terbesar Sriwijaya juga melakukan ekspansi wilayah hingga ke pulau jawa termasuk sampai ke Brunei atau Borneo. Hingga pada abad ke-8, Kerajaan Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara.
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Ada tiga syarat utama untuk menjadi raja Sriwijaya,     yaitu :
·    Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya.
·   Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan 
   bagi rakyatnya.
·    Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.
  

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

1.      Dapunta Hyang Sri Yayanaga     (Prasasti Kedukan Bukit 683 M,
Prasasti Talangtuo 684 M)
2.      Cri Indrawarman                          (berita Cina, 724 M)
3.      Rudrawikrama                              (berita Cina, 728 M)
4.      Wishnu                                          (Prasasti Ligor, 775 M)
5.      Maharaja                                       (berita Arab, 851 M)
6.      Balaputradewa                             (Prasasti Nalanda, 860 M)
7.      Cri Udayadityawarman               (berita Cina, 960 M)
8.      Cri Udayaditya                              (Berita Cina, 962 M)
                 9.      Cri Cudamaniwarmadewa          (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden,1044 M)
10.  Maraviyatunggawarman             (Prasasti Leiden, 1044 M)
11.  Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)  



C.       Sosial dan Budaya
Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Budha. Itsing, seorang pendeta Cina pernah menetap selama 6 tahun untuk memperdalam agama Budha. Salah satu karya yang dihasilkan, yaitu Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritim selalu berpindah-pindah, tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama.
Prasasti dan situs yang ditemukan disekitar Palembang, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke7 M), Prasasti Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu ( abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan Situs Tanjung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi.
Di Lampung, prasasti yang ditemukan, yaitu Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Bungkuk (Jabung). Di Riau, Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Budha.


Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Akibat dari persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan, Raja Rajendra Chola melakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya. Bahkan pada penyerangganya yang kedua, Kerajaan Chola berhasil menawan Raja Cri Sanggrama Wijayatunggawarman serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Kerajaan Sriwijaya.
Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang luar biasa. Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam. Kerajaan Siam yang juga memiliki kepentingan dalam perdagangan memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan. Kerajaan Siam berhasil menguasai daerah semanjung Malaka, termasuk Tanah Genting Kra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan pelayaran perdagangan Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan lemah yang wilayahnya terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya di hancurkan oleh Kerajaan Majapahit.

0 comments:

Date & Time

.

Followers

About me ...

Foto saya
hanya ingin akhir yang baik ....

Sing a song